Rabu, 15 Februari 2017

Love Story : Pemeran Utama



“Love Story : Pemeran Utama”

                Setelah sekian lama Gabriel melakukan training untuk menjadi seorang bintang yang profesional, akhirnya Big Star Entertainment sudah menentukan jadwal debut untuk Gabriel. Dalam training yang sangat lama ini Gabriel diberi bekal ilmu seni yang sangat luarbiasa untuk bergelut di dunia entertain.
Kak Ryan              : “Gab, kamu belum siap juga. buruan siap-siap udah ditunggu tu sama penggemar yang nunggu kamu debut.”(masuk ruangan dan melihat Gabriel yang masih duduk di depan cermin)
Gabriel                 : “Iya kak sebentar lagi aku tiba-tiba sedikit gugup.” (masih bercermin melihat wajahnya yang sedang merasa gugup)
Kak Rya                : “Sudah bukan waktunya lagi grogi kamu harus percaya diri berdiri di atas panggung itu ngerti, jadi mending sekarang buruan masuk dan ganti pakaian kamu sekarang udah enggak ada waktu lagi.” (memegang bahu Gabriel dan menuntunnya dengan paksa masuk keruang ganti)
Waktu yang dibutuhkan untuk Gabriel berganti baju tidak begitu lama. Gabriel segera bercermin untuk yang terakhir kalinya sebelum naik keatas panggung. Suara tepuk tangan yang sangat meriah begitu terdengar pada saat pemabawa acara atau MC yang memandu acara itu menyebutkan nama Gabriel Stevan. Teriakanpun pecah seketika Gabriel masuk dengan diiringi lagu yang akan dinyanyikan di panggung ini.
Mc                          : “Pasti kalian sudah tidak sabar lagi melihat artis baru dari Big Star, jadi mari kita banggil sama-sama namanya biar si artis baru itu segera muncul dan bernyanyi untuk kita semua. Kalian sudah tau namanyakan langsung saja ini dia Gbriel Stevan.” (suara gemuruh mengiringi nyanyian Gabriel diatas panggung kali ini)
2 tahun sudah berlalu setelah awal mula Gabriel Stevan debut sebagai penyanyi dan aktor di tanah air ini. Popularitas Gariel semakin menanjak tinggi seiring dengan umurnya yang semakin dewasa. Namun ada perubahan yang sangat siknifikan dari sifat Gabriel sekarang. Teman dan rekan kerja Gabriel merasa kalau Gabriel sekarang menjadi orang yang berbeda dari sebelumnya. Dia menjadi sangat sombong dan tidak peduli dengan sekitarnya lagi. Apakah ini akibat dari popularitas yang ia dapat selama ini membuat Gabriel menjadi sombong dan besar kepala.
Gabriel                 : “kak Rya, kak.. kakak dimana cepetan kesini kak.” (suara Gabriel meninggi)
Kak Ryan              : “adapa Gabriel kenapa kamu sampe teriak-triak begitu. Kakak juga masih ada pekerjaan jadi tolong dimengerti ya Gab.”(masuk kedalam ruangan sambil membawa baju)
Gabriel                 : “kenapa jadi kakak yang marah, harusnya itu yang marah aku kakak itu aku bayar buat ngurusi keperluan aku jadi negitu aku panggil kakak harus segera datang kesini aku enggak mau tau kakak sedang sibuk atau enggak.”(jelas Gabriel dengan judes dan nada yang agak tinggi)
Kak Ryan              : “ok sekarang ada apa kamu panggil kakak kesini?”
Gabriel                 : “Baju yang harus aku pakek buat nanti mana kak. Kenapa asisten kakak Sinta itu belum dateng juga kesini ini udah jam berapa, trus juga aku belum mike up kakak mau kalau nama aku jadi jelek gara-gara telat masuk keacara ini.”
Kak Ryan              : “baiklah kakak cari dulu Sinta ada dimana.” (berjalan meninggalkan Gabriel dan keluar ruangan)
Ryan segera berjalan kemobil yang mengangkut Gabriel tadi untuk mencari Sinta. Namun dalam perjalanan menuju mobil itu Sinta tiba-tiba muncul dengan terburu-butu sambil membawa baju yang akan dikenakan Gabriel nanti.
Kak Ryan              : “kamu kemana saja Gabriel udah marah-marah tu nyariin kamu.”
Sinta                      : “Maaf kak tandi bajunya ada yang perlu dijahit dulu.” (jawabnya sambil terengah-engah)
Kak Ryan              : “ya sudah buruan di urusin sana biar enggak bawel banget. Aku kemobil dulu buat ngambil sesuatu.” (pamit Ryan sambil meninggalkan Sinta di koridor)
Sinta                      : “kenapa sekarang dia jadi beda banget si. Jadi galak kayak macan tau gak.” (Cerutu Sinta sambil melihat Kak Ryan pergi meninggalkan dia sendirian)
Sinta segera bergegas menuju ruangan untuk memberikan Gabriel baju ini untuk segera dikenakan untuk acara yang akan mulai satu jam lagi. Diketuknya pintu itu dengan hatti-hati agar tidak terlalu mengganggu Gabriel yang berada didalam.
Sinta                      : “permisi mas, ini bajunya maaf tadi bajunya perlu dijahit dulu.” (sambil membuka pintu dan menghampiri Gabriel)
Gabriel                 : “udah enggak usah dijelasin lagi buruan aku udah mulai bosen ini.” (menyuruh Sinta mendekan)
...................................................................................................................................................
Dinda                    : “ Aura buruan acaranya udah mau dimulai ini.” (mengetuk pintu kamar mandi)
Aura                      : “iya sabar kenapa (membuka pintu kamar mandi) jadi orang kok enggak sabaran.” (berjalan mengambil tas)
Dinda                    : “udah buruan ayo bawel banget aku enggak butuh ceramah dari kamu.” (menarik tangan Aura dengan paksa)
Aura                      : “apapan sih Dinda sakit tau lepasin aku bisa jalan sendirian.” (berusaha melepas tangan Dinta)
Jarak tempat konser dengan rumah Aura memang tidak begitu jauh maka dari itu mereka memutuskan untuk berangkat dari rumah Aura. Hanya membutuhkan satu kali nai angkot merekapun sampai pada tempat tujuan yaitu konser Gabriel Stevan setelah debut selama 2 tahun.
Aura                      : “Dinda tungguin, enggak usah pakai lari segala kenapa enggak bakalan telat kok kita.” (sambil terengah-engah)
Dinda                    : “bukan masalah telatnya aku mau kita didepan sendiri biar bisa liat Gabriel dari deket.”
Aura                      : “Dasar anak ini sangking sukanya sampai gila.” (segera menyusul Dinda yang sudah jauh didepannya)
Banyaknya pengunjung yang datang ingin menyaksikan Gabriel Stevan begitu luar bisa. Orang-orang yang mengantri ingin masuk kedalam studio sangat banyak sekali. Gabriel memang sedang bersinar apalag dikalangan wanita SMA seperti Dinda. Bahkan semua cewek yang ada dinegeri ini sedang berharap ingin bertemu langsung dengan sosok idola ini.
Dinda                    : “Akhirnya kita ada dibarisan paling depan Aura. Kita bisa liat Gabriel dari deket.”
Aura                      : “Segitunya Din ati-ati bisa gila loh.”
Acara yang ditunggu-tnggupun sudan dimulai teriakan-teriakan wanita yang mengidolakan Gabriel mulai pecah didalam studio itu.
Dinda                    : “Gabriel I Love You.” (teriak Dinda sekencang-kencangnya)
Melihat tingkah Dinda yang begitu tergila-gila dengan cowok yang berada diatas panggung itu Aura hanya bisa melihat sambil menggelengkan kepalanya . suara pria yang berada diatas panggung it mulai terdengar diiring dengan musik yang luar biasa. Teriakan semakin pecah dengan aksi panggung yang disuguhkan oleh Gabriel diatas panggung kali ini.
Aura                      : “Dinda kapan konsernya kelar.” (gerutu Aura, namun Dinda tidak mempedulikannya)
Dua jam sudah berlalu dan akhirnya acara itu selesai juga ratusan penonton yang tadi membanjiri tempat ini mulai berangsur keluar meninggalkan gedung itu satu-persatu. Sepertinya Aura sangat senang dengan berakhirnya acara ini.
Aura                      : “Akhirnya acara ini kelar juga ayo buruan pulang aku udah bosen ini.”
Dinda                    : “Eh sebentar dulu.” (menghentikan langkah Aura yang sudah berjalan)
Aura                      : “Ada apa lagi Dinda.” (berhenti dan memandang kearah Dinda)
Dinda                    : “Kita susul Gabriel kebelakang ya mungpung ada kesempatan ini.”
Aura                      : “apa susul tu penyanyi enggak-enggak mau cari masalah kamu.”
Dinda                    : “udah ayo jangan takut.” (menarik tangan Aura dengan paksa)
Tanpa basa-basi mereka segera menyusul Gabriel diruangannya. Untuk menyusul artis itu memang tidaklah mudah jalan satu-satunya menuju ruangan Gabriel dijaga ketat oleh petugas keamanan.
Aura                      : “tukan Din pintunya dijaga, mana yang jaga badanya gede-gde lagi.” (tarik Aura mencegah Dinda)
Dinda                    : “iya juga ya, tapi aku enggak boleh nyerah gitu aja buat ketemu Gabriel.”
Aura                      : “Dinda keraskepala banget sih udah ayo buruan pulang.”
Dinda                    : “Tunggu dulu Aura nanggung udah sampe sini. Liat tu ada rak baju kita alesan pakek it aja biar bisa masuk kalau gitu aku ambil dulu kamu tunggu disini ya.” (berjalan meninggalkan Aura untuk mengambil rak baju itu)
Aura                      : “Seriusan ni aku masuk kedalam disitu.”
Dinda                    : “Iya buruan masuk tenang aja biar aku yang urun tu penjaga.” (memaksa Aura segera masuk)
Setelah Aura masuk dan bersembunyi diantara baju-baju itu Dinda segera mendorong rak tersebut kedalam. Namun tidak semudah yang mereka kira sebelum melewati pintu itu Dinda ditanya terlebih dahulu oleh para penjaga yang menjaga pintu itu.
Penjaga                : “Anda mau kemana.”
Dinda                    : “Mau masuklah mau kemana lagi ini ngembalikin rak tadi dipakek buat ganti Gabriel.”
Penjaga                : “Kartu tanda pengenal kamu mana.”
Dinda                    : “itu dia masalahnya kartunya ketingalan didalam tadi.”
Penjaga                : “yasudah buruan masuk.’’
Dinda                    : “Ok terima kasih.”
Akhirnya mereka berhasil masuk juga kedalam gedung itu. Setelah merasa situasi sudahaman. Aurapun keluar dari tempat persembunyiannya itu. Mereka segera berlari dan mencari ruangan mana yang dipakai oleh Gabriel beristirahat setelah konser. Karena begitu semangatnya mereka berlari sambil berbincang-bincang hingga tidak sadar kalau Dinda menabrak seseorang dengan kerasnya hingga Dinda tersungkur.
Dinda                    : “Auw.’’ (keluh Dinda sambil memegang kepala)
Aura                      : “Dindkamu enggak apa-apa.” (berusaha membantu temannya bangkit)
Gabriel                 : “lo itu punya mata enggak sih atau jangan-jangan lo buta.” (bentak Gabriel sambil bangkit berdiri)
Dinda                    : “Maaf maaf enggak sengaja.” (sambil bangkir berdiri dibantu Aura)
Begitu kagetnya Dinda dan Aura setelah mengetahui bahwa yang tadi ditabrak adalah orang yang daritadi ia cari.
Dinda                    : “Kamu Gabriel kan akhirnya kita ketemu juga.” (memeluk Gabriel)
Gabriel                 : “Apa-apaan sih lo norak banget tau enggak.”(mendoronh Dinda sampai jatuh)
Aura                      : “Dinda kamu enggak apa-apa. He lo kalau emang enggak suka enggak usah pakai acara dorong-dorong segala dong ngng.” (membantu Dinda berdiri)
Gabriel                 : “Enggak penting ngurusi kalian.” (berjalan menjauh)
Dinda                    : “Tunggu, ternyata aku salah nilai kamu. Aku pikir kamu itu orangnya baik ternyata apa zonk. Mulai hari ini aku bukan fansmu lagi bye.” (sambil bangkit berdiri)
Gabriel                 : “Silahkan saja gue juga enggak rugi kehilangan fans anarki kayak lo.” (Melanjutkan jalannya)
Dinda                    : “Awas aja kalau ketemu lagi.” (triak Dinda)
Aura                      : “udah ayo buruan pergi enggak penting juga.” (menarik tangan Dinda dengfan paksa)
-Keesokan harinya disekolah-
Dinda                    : “Selamat pagi Aura tumben banget kamu didalam kelas biasanya aja udah ikutan rame diluar sana.” (menaruhtasnya disamping Aura)
Aura                      : “enggak lagi enggak mood trus juga capek garaa-gara semalem itu.”
Dinda                    : “Udah enggak usah dibahas lagi yang semalem itu anggak aja kita semalem lagi mimpi buruk. Gimana kalau nanti kita sepulang sekolah nongkrong dulu du cafe biasanya itu?”
Aura                      : “Ok setuju, tapi kamu kesananya duluan aja ya soaalnya ngurus ekskul sebentar nanti.”
Dinda                    : “Ok pokoknya aku tunggu disana ya tapi jangan lama-lama.”
Aura                      : “siap bos.” (tertawa mereka berdua)
Bel pulang sekolah sudah akan dibunyikan dan para siswa-siswi sudah bersiap-siap untuk pulang kerumah masing-masig. Lain halnya Dinda dan Aura hari ini mereka memutuskan untuk pergi ke cafe terlebih dahulu sebelum pulang kerumah. Namun dalam perjalanan Dinda menuju cafe itu Dinda sepertinya melihat cowok yang sekarang sangat ia benci.
Dinda                    : “Tunggu sebentar (memberhentikan motonya) kayaknya aku kenal sama cowok yang berdiri disana itu (melihat dengan susah payah) tukan bener iy aku kenal itu Gabriel artis songong itu. Liat aja aku kasih pelajaran dia.”
Dinda yang sangat membenci cowok itu berniat untuk memberi pelajarn sedikit. Gabriel terlihat berdiri tidak jauh dari kubangan yang berisi air itu. Dipacunya motor Dinda dengan lumayan kencang dan “gubrak” terjadi sesuatu dengan Gabriel. Diberhentikannya motornya dan dilihatnya Gabriel yang sudah terbaring ditengan jalan dengan darah yang keluar dari kepala dan berteriak kesakitan dibagian kaki. Rupanya Gabrieltertabrak oleh sebuah mobil yang juga melaju berbarengan dengan Dinda tadi. Dind yang merasa ketakutan segera meninggalkan tempat itu dan menuju cafe tempat ia berjanji dengan Aura.
Tubuh Gabriel yangmasih tergeletak dijalan dan berteriak kesakitan dibagian kaki membuat orang-orang yang berada disekitar lokasi berdatangan untk melihat keadaannya. Hingga beberapa wakt kemudian sebuah ambulance datang untuk membawanya kerumah sakit terdekat.
-Dirumah Sakit-
Gabriel                 : “(membuka matanya setelah pingsan beberapa jam) Aku dimana ahh kepalaku.”
Kak Ryan              : “Kamu ada dirumah sakit Gab, tadi sore kamu ketabrak mobil.”
Gabriel                 : “Aku enggak mau ada dirumah sakit aku mau pulang aja (bangun dan membuka selimut yang menutupi kakinya) kakiku (bergetar sambil memegang kakinya yang sedang di gips) kak kaki aku kenapa kak tolong siapapun jelasin ada ada dengan kakiku (menangis dan menjerit).”
Kak Ryan              : “Kaki kamu patah Gab jadi harus di gips.”
Gabriel                 : “enggak ini enggak boleh terjadi aku enggak mau kakiku patah aku enggak mau.” (berteriak dan memukul kakinya dengan kerasnya)
Kak Ryan              : “tenang Gab tenang(menahan Gabriel) Sinta tolong panggil dokter Sinta(berteriak).”
Sinta                      : “Baik kak.”

-Di cafe-
Dinda segera buru-buru memarkirakan motornya ditempat parkir cafe itu dan segera masuk dan duduk di salah satu meja yang kosong. Badanya bergetar dan ketakutan. Apakah kecelakaan itu aku yang menyebabkan dan bagaimana sekarang keadaan Gabriel.
Aura                      : “Dinda udah lama nunggu maaf agak lama(sapa Aura namun Dinda tidak mendengar dan malah ngalamun) Dinda (bentak Aura sambil memegang pundaknya).”
Dinda                    : “Aura kamu udah dateng rupanya.”
Aura                      : “Udah dari tadi kali. Kamu kenapa?”
Dinda                    : “Aura aku udah bikin anak orang celaka tadi. Niatnya aku tadi Cuma mau bercanda tapi dianya malah ketabrak mobil gara-gara aku.”
Aura                      : “kamu ngomong apa sih aku enggak ngerti.”  Tidak
Dijelaskannya kronologi kejadian tadi oleh Dinda dengan panjang lebarnya.
Aura                      : “Astaga Dinda itu seriusan trus gimana dong.”
Dinda                    : “Aku juga enggak tau Aura, aku juga bingung.” (menangis)
Aura                      : “jangan merasa bersalah lagian kan yang nabrak dia bukan kamu tapi mobil itu kan.”
Dinda                    : “Iya sih tapi dia ketabrak mobil itu gara-gara menghindar dari cipratan air motor aku.”
Aura                      : “Dinda udah itu bukan salah kamu sekarang mendingan kita makan aku udah laper banget ok, jangan dibahas lagi.”
Setelah kejadian itu semalaman Dinda tidak bisa memejamkan matanya. Wajah cowok yang sedang kesakitan itu terus mengganggu pikirannya. Ia benar-benar merasa bersalah kenapa juga ia tidak menolong tetapi malah pergi begitu saja. Sedangkan Gabriel yang sedang dirawat dirumah keadaannya semakin kacau dan memburuk. Gabriel hanya bisa diam dengan pandangan yang kosong. Makaanpun ia tdak mau air matanya juga terus menbriel memang sangat kacau karena aset yang dia miliki yaitu kaki kini sedang tidak berfungsi untuk melakukan apapun.
Sinta                      : “Kak Ryan gimana ini dia enggak mau makan.”(menghampiri Ryan dan membawa sebuah piring ditangannya)
Kak Ryan              : “Huf kenapa juga hal ini terjadi pada saat popularitasnya sedang ada diatas. Kita biarin dia tenang dulu jangan ganggu dia dulu nanti malah buat dia ngamuki lagi.”
Sinta                      : “Baik kak.” (meninggalkan kak Ryan)
Sudah 2 minggu lamanya Gabriel dirawat dirumah sakit ini. Hari ini adalah hari yang mungkin hari membahagiakan Gabriel karena sudah boleh pulang dari rumah sakit. Sudah hampir 14 hari wajah Gabriel menghilang dari pertelevisian. Tetapi wajahnya sering muncul dalaam koran, majlah bahkan acara gosip karena musibah yang sedang dialaminya.
Pak Leo                : “Bagaimana keadaanmu hari ini sudah lebih baikkan?” (pimpinan agensi berkunjung kerumah sakit)
Gabriel                 : “Sudah pak.”
Pak Leo                : “Hari ini kamu udah diperbolehkan dokter untuk pulang, tetapi kamu harus masih tetap istirahat sampe benar-benar sembuh total. Mulai hari ini kamu jadwal kamu akn saya offkan dulu sampai keadaan kamu membaik.”
Gabriel                 : “Iya pak saya tahu.”
Pak Leo                : “kalau begitu saya pamit dulu, Ryan tolong jaga artis saya baik-baik jangan sampi melakukan kesalahan.” (keluar dari kamar)
Kak Ryan              : “Baik pak.” (menunduk)
-keesokan harinya disekolah-
Dinda                    : “Udah jam segini kenapa Aura belum dateng jugaenggak kayak biasanya. Apa dia lagi sakit trus enggak masuk sekolah.”(duduk dikorsi)
Guru                      : “Selamat pgi semuanya, adaa yang tidak masuk hari ini.”(sapa guuru yang baru saja masuk kekelas itu)
Dinda                    : “Aura bu, Aura enggak masuk hari ini katannya ada urusan keluarga mendadak.”
Guru                      : “ok baiklah sebelum kita mulai pembelajaarannya kita kedataangan murid baru pasti kalain tahu siapa diaa kalau sudah masuk lagi. Ayo silahkan masuk.”
Semua murid yang berada dikelas itu mendadak kaget buikan main karena murid baru yang akan satu kelas dengannya dalh seorang artis cowok yang super ganteng. Dinda yang melihatnya berjalan dengan dibantu dengan tongkat membuatnya keingat kembali dengan kejadian beberapa minggu yang lalu.
Gabriel                 : “Halo nama saya Gabriel Stevan.”
Gilang                   : “Gue udah tau kalau nama lo Gabriel jadi enggak usah sok cari perhatian.”
Guru                      : “Gilang.” (bentak guru)
Gilang                   : “Iya bu saya diam.”
Guru                      : “Mari silahkan duduk Gabriel ada due tempat duduk kosong disamping Gilang dan disamping Dinda.” (menunjuk kursi)
Dinda                    : “Semoga aja dia enggak milih duduk disampingku.” (katanya sambil menundukkan kepalanya)
desebelahnya karena hal itu Dinda bingung harus berbuar apa Tetapi kenyataannya tdak sesuai dengan keinginan Dianda. Gabriel memilih duduk.
Gilang                   : “Bagus deh lo engg milih duduk sama gue.”
Guru                      : “Gilang jagaa omongan kamu ya.”
Gilang                   : “(tersenyum sinis)”
Guru                      : “ok sekarang buka buku kalian halaman 59 kerjakan itu soal ibu kekantor dulu.” (berjalan keluar kelas)
Gilang                   : “(menggebrak meja dan berdiri).”
Dinda                    : “lo apa-apan sih Lang.”
Gilang                   : “Gue enggak ada urusan sam lo ya jadi mendingan lo diem aja.” (menunjuk Dinda)
Gabriel                 : “Kenapa tingkah lo kayak gitu, lo enggak suka gue juga sekolah disini.”
Dinda                    : “Jadi kamu kenal sama Gilang.”
Gilang                   : “Iya gue enggak suka lo sekolah disini, kenapa lo harus sekolah disini ha kenapa?(bentaknya) lo mau cari mukak juga di sini, setelah lo buat gue diusir dari karangtina sekarang lo juga mau ngusir gue dari sini juga.”
Semua mata tertuju pada Gabriel dan Gilang yang sedang adu mulut. Hal ini membuat mereka bingung sebenarnya ada apa diantara mereka berdua terutama Dinda yang sangat bingung dengan suasana ini.
Gabriel                 : “Jaga mulu lo ya bukan gue yang ngusir lo dari karangtina, itu semua sudah keputusan dari Pak Leo.”
Gilang                   : “iya gue tau kalau itu keputusan si Leo itu. tapi gue juga tau kalau sebenernya lo kan yang bikin kaki gue patah waktu itu. gue harusnya yang debut bukan lo (teriaknya) lo tega ngejebak sahabat lo semasa trainning dan temen lo sekamar Cuma gara-gara ambisi besar lo itu. gue udah tau semuanya Gab dan musibah yang lo alami kali ini itu balesan buat lo karena lo juga pernah buat kaki gue cacat.”
Gabriel                 : “(hanya bisa diam dan seluruh tubuhnya bergetar)”
Dinda                    : “kamu enggak apa-apa Gab? Sudah cukup Gilang cukup(teriak Dinda) lo itu kenapa sih lang harus buat masalaah setiap hari.”
Gilang                   : “hebat ya lo Gab, hari pertama masuk udah dibela mati-matian. Sedangkan gue yang udah lama ada disini hanya dianggap sebagai orangyang suka buat onar.”
Dinda                    : “Itu bukan salah Gabriel itu salah lo sendiri kenapa harus milih jadi orang yang suka buat onar.”
Gilang                   : “Lo tanya kenapa gue bisa jadi kayak gini Dinda lo mau tau kenapa? Itu karena orang yang duduk desebelah lo itu udah bikin mimpi ge berantakan asal lo tau.”
Dinda                    : “Gabriel maksudnya.” (melihat Gabriel yang duduk tidak berdaya dan menangis)
Gilang                   : “iya Gabriel gara-gara dia gue jadi kayak gini.” (mulai menangis)
-Flashback-
Pelatih                  : “Ini hari terakhri kita latihan besok kalian sudah harus presentasi untuk mengetahui siapa yang akan lulus dan debut duluan.”
Gilang                   : “Jadi ini latihan terakhir. Gab, lo mau solo atau grub kalau grub kita bisa barengan.”
Gabriel                 : “gue belum tau liat aja nanti ok.” (sambil senyum)
Gilang                   : “Kalau begitu ayo latihan biar kita bisa tampil maksimal besok.”
Gabriel                 : “Tunggu sebentar gue mau kekamar mandi dulu kebelet.”(berjalan keluar ruang latihan)
Gilang                   : “Buruan jangan buang-buang waktu.” (teriaknya)
Gabriel berjalan dengan cepatnya menuju kamar mandi agar tidak terlambat mengikuti latihan yang sangat penting ini, namun dalam perjalanan Gabriel seperti melihat dua orang sedang berbicara di lorong dengan berbisik-bisik. Dihampirnya oleh Gabriel siapa yang sedang berbicara dengan pelannya itu. rupanya Pelatih dan Pak Leo yang sedang membicarakan siapa yang akan dipilih untuk memulai debut.
Pak Leo                : “Bagaimana pak anda sudah mengetahui siapa yang akan debut pertama kali?”
Pelath                   : “Kita bisa lihat hasilnya besok, tetapi saya ada saran untuk anda supaya anda bisa memilih Gilang karena bakat yang Gilang miliki itu sangat luar biasa dan progresnya juga bagus dan satu lagi sifat dan atitutnya juga bagus untuk menjadi artis.”
Pak Leo                : “Sudah saya duka, Gilang memang anak yang berbakat saya juga sudah memutuskan untuk mendebutkan Gilang terlebih dahulu.”
Setelah mendengar perkataan antara pelatih dan pemimpin agensi itu Gabriel sangat terkejut dengan hal ini hingga tidak sengaj ia menendang sebuah tong sampah.
Pelatih                  : “Siapa itu?” (triaknya)
Mengetahui kalau pelatih yang mendekat kearahnya Gabriel segera pergi dari tempat itu dan menuju toilet. Tangan Gabriel bergetar dan jantungnya berdetak dengan sangat kencang. Dia bingung harus melakukan apa sekarang dia harus tetap diam atau mencegah hal itu.
Gabriel                 : “Gue harus ngelakuin sesuatu trus apa gunanya presentasi besok kalau mereka sudah punya keputusannya. Aku harus cegah itu aku harus debut duluan dan akulah yang layak debut duluan.”
Setelah merasa tenang Gabriel segera kembali ketempat latihan untuk berlatih untuk besok. Tidak terasa jam sudah menunjukan pukul 6 sore masa latihan hari ini sudah selesai dan saatnya mereka para calon artis beristirahat diasramanya.

-Dikamar Gabriel dan Gilang-
Gilang                   : “Gab lo udah mutusin mau solo atau grub.”
Gabriel                 : “Udah, gue mutusin kalau kita satu grub aja dan gue udah pikirin nama grubnya.”
Gilang                   : “Apa namanya?”
Gabriel                 : “2G, gimana bagus enggak.”
Gilang                   : “Bagus, trus kita bakalan nampilin apa?”
Gabriel                 : “Kita bawain lagu ‘Eenie Meenie’nya Justin Bieber.”
Gilang                   : “ok, kita latihan sekarang masih ada waktu kan gue yakin kita bisa kok.”
Malam itu juga mereka latihan dengan lagu itu. gerakan demi gerakan mereka hafalkan unutk besok siang. Setelah merasa cukup dengan hasil hari ini mereka seger kembali kekamar dan beristirahat. Keesokan harinya mereka juga masih latihan untuk memantapkannya.
Gilang                   : “Gue rasa udah cukup latihannya sekarang kita siap-siap buat presentasi.”
Mereka segera bersiap-siap untuk melakukan presentasi hari ini. Hkan Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bersiap-siap dan akhirnya mereka sudah siap untuk segera naik panggung. Mereka segera menuju tempat show untuk menunggu gilirannya, namun hal yang tidak terduga terjadi pada saat Gabriel dab Gilang akan menuju gedung sebelah.
Gilang                   : “Ayo buruan Gab kita nanti bisa telat.” (sambil berlari)
Gabriel                 : “Awas Lang(teriak Gabriel) lantainya licin(tambahnya dengan nada pelan)
Gilang terjatuh dari tangga karena terpeleset hingga membuatnya tidak sadarkan diri. Gabriel segera berteriak meminta pertolongan agar temannya itu segera mendapatkan pertolongan. Semua orang yang berada digedung sebelah segera mendatangi tempat kejadian dan segera membawa Gilang kerumah sakit terdekat.
Gabriel                 : “Pelatih gimana dengan presentasinya.” (kata Gabriel mencegah Pelatih pergi)
Pelatih                  : “Kita tunda besok.”
Semua orang kini telah berkumpul dirumah sakit dimana Gilang dirawat. Begitu kagetnya semua orang mendengar bahwa kaki Gilang kini patah dan harus di gips.
Pelatih                  : “Bagaimana keadaanya dok.”
Dokter                  : “Gilang mengalami patah tulang dibagian kaki kanannya jadi harus digips sementara waktu.”
Pelatih                  : “Apa dok patah tulang.”
Gabriel segera masuk kedalam kamar untuk melihat keadaan Gilang. Terlihat Gilang sedang menangis sambil memukul kakinya dengan kerasnya melihat hal itu Gabriel mengurungkan niatnya untuk menemuinya dan kembali keluar.
-2 hari kemudian dikantor agensi-
 Pak Leo               : “Maaf sebelumnya dengan berat hati saya harus melepas kamu karena keadaan kamu saat ini kamu tdak bisa ikutmelanjutkn trainning ini.”
Gilang                   : “Iya pak saya tau itu, boleh saya keasrama dulu untuk berpamitan dengan teman-teman.”
Pak Leo                : “Silahkan.” 
Gilang berjalan menuju asrama dengan dibantu 2 buah tongkat ditangannya untuk berpamitan secara langsung dengan temannya terutama Gabriel sahabatnya. Dia segera menuju kamarnya terlebih dahulu untuk menemui Gabriel disana. Dibukanya pintu kamar itu dan ternyata Gabriel tidak berada disitu, namun pintu kamar mandi terbuka dan terdengar suara air mengalir dan suara tngisan didalam kamar mandi itu. Gilang segera menghampiri dan melihat sipa yang berada dikamar mandi itu. Rupanya Gabriellah yang sedang berada dikamar mandi itu sedang menaggis.
Gilang                   : “Gab.” (panggilanya pelan namun Gabriel tidak mendengarnya)
Gabriel                 : “Apa yang udah gue lakuin, gue udah bikin gilang celaka sampai kakinya patah Tuhan aku harus apa sekarang tolong aku Tuhan. Enggak gue enggak boleh nangis Gab lo udah sejauh ini jadi lo harus tetap merahasiakan hal ini pokoknya gue debut harus.”
Gilang yang mendengar perkataan Gabriel tadi hanya bisa dian dan tidak menyangka sahabatnya sendiri tega menusuknya dari belakang hanya gara-gara ingin debut. Gilang segera meninggalkan kamar itu dan tidak jadi berpamitan dengan teman-temannya yang telah berjuang dengannya selama ini.
-kembali kesekolah-

Gabriel                 : “(bangkit berdiri dan berjalan menuju dimana Gilang berdiri) Maafin gue Lang gue Khilaf gue terpaksa ngelakuin itu karena gue pengen debut. Gue denger pembicaraan pelatih sama Pak Leo waktu itu kalau lo yang bakalan debut duluan jadi gue mutusin untuk bikin lo celaka tapi gue enggak maksud sampai buat kaki lo patah.”
Gilang                   : “Gue enggak peduli alasan lo(mendorong Gabriel hingga terjatuh) lo udah bikin gue hidup hampa dan lo juga udah ngerenggut mimpi gue satu hal yang perlu lo tau Gab gue enggak akan maafin lo.”(pergi meninggalkan kelas)
Dinda                    : “Gabriel lo enggak apa-apa.”(membantu Gabriel berdiri)
Gabriel                 : “Minggir lo gue enggak butuh bantuan siapapun.” (berusaha bangkit sendiri)
Tidak lama setelah itu guru yang memberi tugas pada murid kelas itu datang juga.
Guru                      : “Ada apa ini kenapa Gabriel bise jatuh seperti itu?”
Dinda                    : “eh eh anu bu.”(jawabnya terbata-bata)
Gabriel                 : “Saya tidak apa-apa bu tdi saya mau jalan kesebelah situ trus saya jatuh.”
Dinda                    : “Iya bu Gabreil jatuh.”
Guru                      : “Kalau begitu lanjutkan tugas yang udah ibu berikan tadi.”
All                           : “Iya bu.”
Suasana kelas kini kembali seperti semula. Pertengkaran antara Gabriel dan Gilang sudah selesai dan semua murid dikelas itu semua sudah mengetahui duduk perkara kenapa Gilang dan Gabriel bisa bertengan dengan sehebat itu. “kring” bel sekolah berbunyi ini tandanya waktu istirahat telah dimulai. Semua siswa yang berada dikelas itu semua berhamburan keluar dari kelas untuk istirahat kecuali Dinda dan Gabriel yang masih berada di dalam kelas itu.
Gabrie                  : “Kenapa lo enggak istirahat dan kenapa lo liatin gue kayak gitu.”
Dinda                    : “Enggak kok, aku boleh tanya sesuatu enggak?”
Gabriel                 : “Tanya apa?”
Dinda                    : “Cerita itu tadi beneran?(Gabriel melotot kearah Dinda) udah enggak usah dijawab aku udah tau jawabannya kok. Kalau menurut aku minta maaf aja belum cukup kamu harus nebus kesalahan kamu itu pakek cara lain biar si Gilang bisa luluh trus maafin kamu.”
Gabriel                 : “Tau apa lo? Enggak usah ukut campur.”
Dinda                    : “Baiklah aku enggak akan ikut campur dan tidak akan bahas ini lagi. Aku mau kekantin dulu kamu mau nitip sesuatu?”
Gabriel                 : “Enggak terima kasih.”
Dinda                    : “Yasudah kalanya ada Gabriel u begitu.” (pergi meninggalkan Gabriel)
Kali ini dikelas benar-benar hanya ada Gabriel saja. Gabriel terlihat sangat kacau hari ini dia merasa sangat bersalah karena kejadian dimasa lalu yang membuat orang celaka.
Dinda                    : “Hai ngalamun aja, ni aku beliin minuman sama cemilan terserah mau kamu makan atau enggk.”
Gabriel                 : “Kenapa lo baik banget sama gue?”
Dinda                    : “Eng-enggak ada apa-apa? Angap aja itu hadian dari fans.”
Gabriel                 : “Fans, jadi lo itu fans gue kalau begitu gue terima. Terima kasih.”
Dinda                    : “(tersenyum)Mungkin hanya ini yang bisa aku lakukan buat menebus kesalahanku.”(kata Dinda didalam hati)
Waktu istirahat sudah berakhir semua murid sudah kembali pada tempatnya masing-masing. Begitu juga dengan Gilang ia sudah masuk kedalam kelas dang mengikuti pelajaran dengan wajah yang cemberut.
Jam demi jam berlalu dengan sangat cepat bell pulang sekolah sudah dibunyikan semua murut SMA itun segera bergegas meninggalkan sekolah itu dan menuju rumah masing-masing.
Dinda                    : “Sini aku bantu.” (membantu Gabriel berdiri)
Gilang                   : “Dasar anak manja bangun aja pakek acara dibantuin segala dasar lemah.”
Dinda                    : “Apaan sih Lang urus aja urusan lo sendiri. Udah jangan urusin Gilang ayo pergi.”
Gilang                   : “Lo jangan ikut campur deh Din ini urusan gue sama anak cacat itu.”
Gabreil                 : “Dia bener itu uran gue sama Gilang lo enggak usah ikut campur.’’
Gilang                   : “Denger tu jadi mendingn lo pergi aja pulang kerumah.”
Dinda                    : “Enggak aku mau tetep disini.”
Gilang                   : “apa-apaan sih lo dibilangin ngeyel banget lo suka sama cowok licik itu?”
Dinda                    : “Iya gue suka sama Gabriel kenapa emang masalah buat lo? Udah cukup, ayo kita pergi Gab jangan bantah lagi.”
Dituntunya Gabriel keluar dari kelas itu meninggalkan Gilang dan Aldi yang masih didalam.
Gabriel                 : “Tunggu sebentar, lo suka sama gue.”
Dinda                    : “apa? Em-em udahlah lupain aja aku duluan yaa.”
Gabriel                 : “Ada apa sama cewek itu aneh banget.”
Entah kenapa Gabriel sekarang selalu teringat dengat wanita yang duduk disebelahnya itu. wajah cantiknya dan hati yang lembut membuat Gabriel selalu memikirkannya. Padahal baru kali pertama mereka bertemu, namun Gabriel sudah tertarik padanya. Inikah yang namanya cinta pada pandangan pertama.
Kak Ryan              : “Kamu enggak kenapa-kenpa kan.”
Gabriel                 : “Enggak kok kak, aku baik-baik aja.”
Kak Ryan              : “Trus kenapa kamu senyum-senyum sendiri kayak gitu.”
Gabriel                 : “Enggak hanya memikirkan hal lucu.”
Kak Ryan              : “Ya sudah sekarang ayo makan malam.”
-Sementara itu dirumah Dinda-
Dinda bingung harus berbuat apa sekarang Gabriel orang yang sangat dihindari oleh Dinda sekarang berada didekatnya. Ia benar-benar bingung harus bersifat seperti apa dihadapannya. Namun rasa bersalahnya tidak bisa membiarkan Gabriel begitu saja, maka dari itu Dinda trus menerus menolongnya.
Dinda                    : “Aku harus bagaimana ini, aku bingung. Tanya Aura aja kalau begitu.” (mengambil HP dan mencari no Aura)
Aura                      : “Halo Dinda ada apa tumben banget.”
Dinda                    : “Aura kenapa  aja sih kamu, hari ini benar-benar hari yang berat banget buat aku. Kamu tau enggak kita dapet temen baru dan kamu tau siapa temen baru itu.”
Aura                      : “Enggak, emangnya siapa?”
Dinda                    : “Gabriel, Aura Gabriel Stevan dia sekarang satu kelas sama kita bahkan sekarang dia duduk sama aku.”
Aura                      : “Apa? Duduk sama kamu trus aku duduk sama siapa dong?”
Dinda                    : “Terpaksa kamu duduk sama Gilang.”
Aura                      : “Apa Gilang.”
Dinda menceritakan apa saja yang sudah terjadi selama Aura tidak masuk sekolah ini dengan begitu detailnya. Aura yang mendengar cerita itu begitu kaget karena Gilang adalah teman lama Gabriel pada saat karangtina.
Dinda                    : “Ya sudah Aura aku ngantuk lanjut besok aja ya ceritanya by.”
Aura                      : “Bye.”
-Keesokan harinya-
Pagi hari ini Dinda memutuskan untuk beat sekolah menggunakan angkiutan umum karena dia merasa capek. Pada saat ia sedang menunggu sebuah akutan yang lewat tiba-tiba ada sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat didepannya. Dibukanya kaca mobil itu dan ternyata Gabriellah  yang berad didlam mobil itu.
Gabriel                 : “Hai mau berangkat bareng.”
Dinda                    : “(menundu) Oh kamu Gab, enak usah aku naik angkutan umum aja.”
Gabriel                 : “Udah ayo masuk anggap saja ini bales budi karena udah bantu aku kemarin.”
Dinda                    : “Gimana ini kenapa aku malah makin deket sama dia.”
Gabriel                 : “Malah bengong buruan masuk.”
Dinda                    : “Oh iya.”
Dalam perjalanan menuju sekolangh Dinda hanya terdiam dan memandangi jalanan lewat jendela yang berada disebelahnya.
Gabriel                 : “Mulai kapan kamu suka sama aku.”
Dinda                    : “Ha apa? Suka.”
Gabriel                 : “Maksudnya ngefans.”
Dinda                    : “Oh, mulai dari pertama kamu debut jadi seorang penyanyi.”
Gabriel                 : “Udah lama juga ya.”
Dinda                    : “untung aja dia enggak inget.”
Gabriel                 : “Apa? Kamu ngomong apa barusan?”
Dinda                    : “Enggak kok enggak ada.”
Dalam perjalanan menuju sekolah itu mereka masih dalam keadaan membisu tanpa sepatah kata apapun. Hingga sesampainya disekolah mereka baru terlibat dalam pembicaraan.
Dinda                    : “Sudah sampai, terima kasih buat tumpangannya.”
Gabriel                 : “Sama-sama.” (tersenyum)
Dinda                    : “Tunggu sebentar biar aku bantu.” (bergegas keluar dari mabil)
Gabriel                 : “Thanks.” (keluar dari mobil dibantu Dinda)
Kak Ryan              : “Kalau begitu kakak duluan ya.”
Gilang                   : “Wis Artis kita sudah dateng rupanya.”
Kak Ryan              : “Gilang, kamu sekolah disini juga. Gimana kaki kamu udah sembuh?”
Gilang                   : “Halo kak, udah kok udah sembuh lama.”
Kak Ryan              : “Berarti kalian reonian dong disini.”
Gilang dan Gabriel hanya bisa saling berpandangan tanpa menjawab pertanyaan kak Ryan.
Gilang                   : “Aku permisi dulu kak kalau begit.”
Dibantunya Gabriel berjalan menuju kelas dengan sangat berhati-hati. Gabriel yang melihat kelembutan hati wanita yang sedang menuntunnya itu hanya bisa tersenyum sambil melihat kecantikan wanita ini. Hingga tiba-tiba seorang gadis lainnya datang dan memanggil nama Dinda.”
Aura                      : “Dinda, aku mau ngomong sama kamu.” (teriak Aura sambilo berlari mendekat)
Dinda                    : “Nanti aja ya kita ngomongnya aku anter Gabriel ke kelas dulu.”
Gabriel                 : “Udah sampe sini aja gue bisa kok.”
Dinda                    : Beneran Cuma sampai sini.”
Gabriel                 : “(menggangguk denghan senyuman dibibirnya)
Aura                      : “Ayoo.” (dengan menarik Dinda)
Dinda                    : “Aku duluan ya.”
Ditariknya Dinda dengan setengah berlari menuju tempat yang jauh dari Gabriel. Setelah merasa aman bertilah mereka berdua nuntuk berbicara tentang Gabriel.
Aura                      : “Kenapa kamu engak menjauh dari  Gabriel tapi malah makin deket kayak gitu.”
Dinda                    : “Aku juga bingung Aura aku udah berusaha menjauh tapi tetep aja hasilnya Nihil.”
Aura                      : “Kalain baru ketemu 2 harikan tapi kenapa udah lengket banget kayak begitu.”
Dinda                    : “Aku sendiri juga enggak tau.”
merasa pembicaraannya sudah selesai segera mereka kembali kekelas untuk memulai pelajaran hari ini. Tetapi sesampainya di kelas tiba-tiba tangan Dindaseseorang ditarik oleh seseorang.
Dinda                    : “Auw (dinda merasa gaget) Gilang kenapa sih lo.”
Gilang                   : “Diem Dinda.”
Dinda                    : “Lepasin sakit tau.”(melepas genggaman Gilang)
Gilang                   : “Lo jangan deket-deket lagi sama artis itu lagi dia itu bahaya. Dia bakalan ngelakuin apapun biar dia bisa dapetapa yang dia pingin.”
Dinda                    : “Gue enggak peduli itu bukan urusan lo, siapa lo ngelarang gue deket sama Gabriel.”
Gilang                   : “Dinda(membentk dinda) gue suka samaa lo jadi tolong jauhi dia. Kenapa dia yang baru 2 hari disini udah deket banget sama lo sedangkan gue yang udah lama disini belum pernah sedikitpun deket sama lo.”
Dinda                    : “Gilang lo.”
Gilang                   : “Iya gue suka sama lo, gue mohon sama lo tolong hargai perasaan gue. Gue enggak mau lo direbut lagi sama Gabriel gue udah rela dan ihklas bintang gue dia rebut tapi gue bakalan ngelakuin apapun buat mempertahanin lo.”
Dinda                    : “Jadi semua yang kemaren itu bener.”
Mereka berdua berbincang-bincang lamaa ditaman itu. Gilang menceritakan semua yang sudah terjadi selama Gabriel dan Gilang melakukan Training bersama di agensi yang sekarangmenaungi Gabriel.
Dinda                    : “Tetapi maaf sebelumnya aku enggak bisa ngelakuin itu.”
Gilang                   : “Kenapa? Kenapa Dinda?”
Dinda                    : “Karena aku mersa bersalah sama dia(Dindapun menceritakan semua kejadian yang sudah menimpa Gabriel pada saat itu pada Gilang).”
Gilang                   : “Jadi itu hanya rasa bersalah saja(memeluk Dinda).”
Dinda                    : “Gilang(berusaha melepas pelukan itu).”
Gilang                   : “Bertahanlah sebentar Din.”
Dinda                    : “Gilang lo nangis.”
Lama mereka berpelukan ditaman itu. setelah Gilang merasa sudah baikan dan tenang dilepasnya pelukan itu dan langsung meninggalkan inda tanpa melihat wajahnya. Mungkin dia merasa malu jika Dinda melihatnya sedang kacau dan menangis. Gilang segera menuju tilet untuk memperbaiki dirinya sedangkan Dinda segera kembali kekelas untuk mengkuti pelajaran. Sesampainya dikelas ternyata Gilang belum masuk juga ia merasa kawatir oleh Gilang, Dinda sangat kawatir jika Gilang nekat melakukan hal yang berbahaya.
-dikamar mandi-
Gabriel                 : “Mulai sekarang gue enggak akan diam aja liat lo ngerebut apa yang udah gue punya(memukul kaca hingga tangannya berdarah) .”
Setelah merasa tenang Gilang segera kembali kekelas dan duduk disebelah Aura. Dinda yang melihat Gilang masuk merasa lega karena keadaannya baik-baik saja. Dilihatnya Gilang dengan mataa yang kasian dengan nasip yang Gilang miliki. Dan ternyata Gabriel juga sedang mengawasi apa yang sedang dilihat oleh Dinda saat ini. Tiba-tiba Dinda begitu terkejut mendengar suara Gabriel.
Gabriel                 : “Kenapa?”
Dinda                    : “Enggak apa-apa kok.” Dan
Tidak lama setelah itu jam istirahat sudah dimulai. Dinda segera berjalan menghampiri Gilang dan menarik tangannya dengan paksa.
Gilang                   : “Dinda, mau kemana?”
Dinda                    : “Diem ikut aja enggak usah banyak omong.”
Gilang                   : “(tersenyum melihat tingkah Dinda kali ini)
Sesampainya di UKS Dinda menyuruh Gilang duduk di kasur itu.
Dinda                    : “Duduk disitu dan tunggu sebentar.”
Dibersihkanya luka yang berada ditangan Gilang dan diperban dengan sangahati-hati. Gilang yang melihat tingkah Dinda hari ini hanya bisa menurut dan memandangi wajah Dinda yg cantik itu.
Gilang                   : “Terima kasih udah mau pedulu sama gue.”
Dinda                    : “Sesama teman kita harus saling membantu.”
Gilang                   : “Teman.”
Dinda                    : “Kenapa?”
Gilang                   : “Enggak, nanti kamu pulang sekolah naik apa.”
Dinda                    : “Naik angkutan umum.”
Gilang                   : “Kalau begitu nanti kamu bareng aku aja.”
Dinda                    : “Eng.”
Gilang                   : “Enggak ada tolak menolak pokoknya kamu pulang sama aku. Aku tunggu diparkiran.”

Setelah jam sekolah habis semua siswapun keluar dari kelas masing-masing dengan saling berbincang-bincang. Dinda yang teringat akan janjinya dengan Gilang memutuskan segera keparkiran untuk menemui Gilang. Namun dalam perjalanan menuju parkiran tiba-tiba Gabriel datang dan mengajak untuk pulang bersama.
Dinda                    : “Astaga, Gabriel kamu bikin kaget tau enggak.”
Gabriel                 : “Nebeng gue aja pulangnya.”
Dinda                    : “Em-em gimana ya.”
Gabriel                 : “Udah enggak usah mikir lama-lama udah ayo.” (berjalan duluan)
Dinda yang bingung harus menjawab apa tanpa berpikir panjang ia juga langsung mengikuti Gabriel dari belakang dan sampai dimobil jemputan Gabriel.
Kak Ryan              : “Gab ayo buruan berangkat. Halo Dinda nebeng lagi?”
Dinda                    : “Iya kak.”
Kak Ryan              : “Iya sudah ayo  buruan masuk kalian semua.”
Setelah Gabriel dan Dinda masuk kedalam mobil Kak Ryan segera memacu mobilnya keluar dari sekolah itu menuju rumah Dinda terlebih dahulu.
-sementara itu diparkiran-
Gilang                   : “udahkeluarkan tadi Dinda tapi kenapa lama banget.”
Karena tidak sabar menunggu Gilangpun memutuskan untuk pergi mencarinya dikelas. Dikelaspun Gilangpun tidak menemukan keberadaan Dinda. Dalam perjalanan mencari Dinda tiba-tiba Gilang bertemu Aura sahabat Dinda selama disekolah ini.
Gilang                   : “Aura.”
Aura                      : “Ada apa Lang?”
Gilang                   : “Lo tahu enggak Dinda sekarang dimana?”
Aura                      : “Dinda bukiannya udahpulang ya.”
Gilang                   : “Udah pulang, sama siapa?”
Aura                      : “Sama Gabriel tadi Kenapa?”
Gilang                   : “Enggak apa-apa kalau begitu gue duluan ya.”
Raut wajah Gilang terlihat sangat kecewa kali ini. Kenapa seorang Dinda tidak menepati janjinya seperti ini. Ia segera berjalan menuju parkiran untuk mengambil motor dan pulangkerumahya.
-sementara itu dimobil-
Dinda                    : “Kak Stop.”
Gabriel                 : “Kenapa berhenti disini?”
Dinda                    : “Maaf sebelumnya Gab, akutadi udah ada janji sama orang maaf ya.”(keluar dari mobil)
Gabriel                 : “Kalau begitu hati-hati.” (teriak Gabriel dari mobil dengan kepala dijendela)
Karena Gabriel tidak mengetahui kalau disitu baru banyak orang yang sedang nongkrong menunggu angkutan tiba-tiba semua orang mengetahui bahwa artis idolanya sedang berada disitu. Semua orang-orang itu kemudian datang mengerumuni Gabriel yangberada didalam mobil. Mengetahui hal it gGAbriel segera menutuo jendela dan menyuruh Kak Ryan untuk segera memacu mobilnya lgi.
Gabriel                 : “Kak buruan berangkat.”
Kak Ryan              : “Untung aja mereka enggak ngejar.”
Sementara itu kerumaan yang tadi mengejar Gabriel sekarang merasa kecewa karena tidak bisa bertemu dengan idolanya. Dinda yang menunggu Gilang dipinggir jalan itu tiba-tiba didatangi oleh semua fans Gabriel yang tadi gagal menemui Gabriel.
Fans 1                   : “Hei cewek gatl tadi lo ngapain keluar dari mobil idolan gue.”
Dinda                    : (tidak mempedulikan masih mencaro-cari motor Gilang diantara kerumunan)
Fans 2                   : “Lo budek apa ya?(mendorong Dinda)”
Dinda                    : “Maksud kalian apa ya.”
Fans 1                   : “Enggak usah pura-pura begok deh lo. Gue tanya sekali lagi ngapain lo tadi keluar dari mobil Gabriel.”
Dinda                    : “Bukan urusan kalian.”
Fans 1                   : “Itu bakalan jadi urusan kita kalau itu menyangkut idola kita.”
Dinda                    : “Toh idola kalian nolak kan ketemu sama kalian jadi mau apa lagi?”
Fans 2                   : “Mulai berani dia, gengs ayo kita beri pelajaran.”
Karena kekesalan fans dari Gabriel yang tidak bisa bertemu idolanya mereka kemudian menyalahkan Dinda wanita yang turun dari mobi itu dan menyerang Dinda disitu juga. Gilang yang baru keluar dari sekolah melihat kerumunan dipinggir jalan yang sepertinya sedang menyerang orang. Gilang lalu turun dari motor dan melihat apa yang sedang terjadi disitu. Betapa kagetnya Gilang melihat ternyata Dindalah yang sedang mereka hajar dengan sekuat tenaga.
Gilang                   : “Stop, kalian apa-apaan sih gue telfon polisi kalau kalian engak berhenti sekarang.”
Fans 2                   : “Siapa lo ikut campur.”
Fans 1                   : “Udahkita pergi aja dari pada kita ada dikantor polisi.”
Gilang                   : “Kamu enggak apa-apa?”
Fans 2                   : “Peringatan buat lo ya cewek gatengawas kalo lo berani deket-dejet sama Gabriel lagi.”
Dinda yang sangat kacau kali ini dia hanya bisa menangis dan menundukan kepalanya.
Gilang                   : “(dipeluknya Dinda) kamu udah aman Dinda, aku udah ngusir fans gila itu.”
Dinaikannya dinda dalam motornya kemudian motor itu melaju dengan cepatnya menembus keramaiaan. Dinda yang masih gemetaran kemudian memeluk tubuh Gilang dan menangis dipungungnya. Gilang hanya bisa membiarkan saja Dinda apa yang sedang lakukan sekarang. Motor yang dikendarain Gilang tiba-tiba berhenti melaju dan berhenti disebuah taman disebuah tengah kota.
Gilang                   : “Kita berhenti dulu disini biar kamu tenang baru aku anter pulang.”
Dinda                    : “(mengangguk)
Didukunnya Dinda disebuah kursi yang berada di taman itu.
Gilang                   : “Kamu tunggu disini sebentar ya aku mau kewarung itu dulu.”
Dinda                    : “(menggegam tangan Gilang dengan sangat kencang)
Gilang                   : “Enggak apa-apa Dinda aku cuma sebentar lagian aku bisa liat kamu dari sana jadi kalau kamu ada apa-apa aku langsung lari kesini.”
Dinda                    : “(mengangguk dan melepas pegangan tangannya)”
Gilang segera berlari menuju warung itu dan membeli sebuah obat luka luar dan 2 buah es cream. Setelah kembali Gilang langsung mengobati luka di kaki dan kepala Dinda. Setelah selesai diberikannya es cream itu pada Dinda kemudian Gilang duduk di samping Dinda.
Gilang                   : “Itulah resikonya kalau kamu berteman ataupun pacaran sama orang yang terkenal dinegeri ini. Jadi kamu haus kuat kamu harus bisa hadepin itu aku tau kok kalo kamu itu sebenarnya suka kan sama Gabriel. Aku enggak akan halangin kamu lagi karena aku udah tau pemeran utamanya.”
Dinda                    : “(memandang Gilang dan kemudian memeluknya) Aku sebenarnya enggak tau perasaan apa yang sekarangaku rasain perasaan cinta atau hanya merasa bersalah karena udah buat Gabriel seperti itu.”
Gilang                   : “Maksud kamu apa?”
Dinda segera menceritakan semuanya yaang sebenarnya terjadi hingga Gabriel mengalami kecelakaan.
Gilang                   : “Kalo menurut aku itu bukan sepenuhnya kesalahan kamu jadi kamu enggak perlu nyalahin diri kamu karena itu bukan salah kamu. Itu semua mungkin udah takdir dari Tuhan atau bahkan sekenario dari Tuhan agar kamu sama Gabriel bisa deket.”
Dinda                    : “Makasi Gilang kamu udah buat aku tenang."(memeluk Gilang)
Gilang                   : “Iya sama-sama, kalau gitu ayo pulang aku anter.”
Diantarnya pulang Dinda dengan menggunakan sepedamornya. Dalam perjalanan mereka terlihat berbincang-bincang dengan sangat akrap. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menuju rumah Dinda hanya waktu kurang lebih 20 menit mereka sudah sampai ketempat tujuan.
Dinda                    : “(turun dari motor) maksih udah nganter sampai rumah maaf juga tadi udah buat kamu nunggu lama di parkiran.”
Gilang                   : “Is ok, (Tersenyum) ngomong-ngomong besok kamu ada acara enggak?”
Dinda                    : “Kayaknya enggak, memangnya ada apa?”
Gilang                   : “Besok aku ada rekaman buat single pertama aku kamu mau nemenin enggak, tapi kalo emang enggak bisa juga enggak apa-apa kok.”
Dinda                    : “Enggak kok aku enggak ada acara jadi besok mau jemput jam berapa?”
Gilang                   : “Jam 5 aku jemput.”
Dinda                    : “Ok jam 5 aku tunggu besok.”
Gilang                   : “Kalau gitu aku pulang dulu sampai ketemu besok.”
Dinda                    : “Iya hati-hati dijalan Gilang.”
Gilang segera meninggalkan rumah Nita dengan memacu motornya. Setelah motor Gilang hilang di pertigaan depan rumah Dinda kemudian Dinda masuk kedalam dan menuju kamarnya. Dinda duduk di kasurnya yang empuk itu dan tersenyum karena Gilang tidak seberuk yang ia kira selama ini.
-dirumah Gabriel-
Gabriel                 : “Kak, kakak tau Hp aku enggak?”
Kak Ryan              : “Aku liat tadi dimeja depan.”
Gabriel                 : “Ok kak makasih.”
Kak Ryan              : “Sama-sama”(berjalan menaiki tangga)
Setelah mendapatkan Hpnya segera Gabriel mencari-cari sesuatu didalam Handphone itu. Tidak lama kemudian Gabriel mendekatkan Hpnya ketelinganya tanda sedang menunggu jawaban telefon dari orang diseberang sana.
Gabriel                 : “Halo Dinda.”
Dinda                    : “Iya Gabriel ada apa?”
Gabriel                 : “Kamu ada acara enggak nanti malem?”
Dinda                    : “Memangnya kenapa.”
Gabriel                 : “Aku mau ngajak kamu kesuatu tempat.”
Dinda                    : “Boleh, kira-kira mau kemana?”
Gabriel                 : “Mau ngajak kamu makan.”
Dinda                    : “Aku mau asalkan tempatnya enggak begitu rame takut kalau ada fans kamu yang tau trus mikir macem-macem.”
Gabriel                 : “Enggak kok tempatnya enggak rame. Kalau gitu aku jemput sekarang ya?”
Dinda                    : “Enggak usah biar aku kesana sendiri aja kamu tinggal SMSin lamatnya aja.”
Gabriel                 : “Iya deh kalau gitu sampai ketemu nanti.”
Dinda                    : “Iya bye.” (menutup telefon)
Gabriel segera bersiap-siap dan menyuruh kak Ryan mengntarkan kesebuah restoran yangtidak jauh dari rumah Gabriel.
Kak Ryan              : “Ngapain Gab kerestoran tumben banget.”
Gabriel                 : “Enggak apa-apa sih Cuma mau ngajak Dinda makan aja.”
Tidak lama setelah perbincangan singkat antara Gabriel dan Ryan akhirnya sampai juga mereka berdua di tempat tujuan.
Gabriel                 : “Kakak pulangaja nanti aku bisa naik taksi atau kalo enggak bisa nelfon kakak.”
Kak Ryan              : “Beneran kakak tinggal.”
Gabriel                 : “Iya enggak apa-apa kok.”
Turunlah Gabriel dari mobil itu dan tiba-tiba ada sebuah motor yang sepertinya ia kenal berhenti tidak jauh dari tempat Gabriel berdiri. Kemudian sipemilik motor itu membuka helmnya dan betapa kagetnya ternyata Dindalah yang berada dibalik helm ini. Gabriel segera mendekat kearah Dinda.
Gabriel                 : “Dinda, kamu naik motor?”
Dinda                    : “Iya kenapa emang?”
Gabriel                 : “Ini beneran motor kamu.”
Dinda                    : “Iya ini motor aku.”
Gabriel                 : “Oh jadi lo orang yang bikin kaki gue kayak gini? Jawab Dinda, Jawab(teriak)
Dinda                    : “(bergetar dan melihat Gabriel) Ma-ma-af aku enggak bermaksud buat bikun kamu kayak gini.”
Gabriel                 : “lo sekongkol kan sama Gilang  buat hancurin karir aku.”
Dinda                    : “Maksud kamu apa aku enggak ngerti?”
Gabriel                 : “Enggak usah berlagak bego deh gue udah tahu sekarang lo pura-pura jadi fans gue trus lo dateng keruangan gue waktu konser terakhir itu dan sebenarnya lo mau nyelakain guewaktu itu tapi karena waktu itu lo ketemu sama gue tiba-tiba jadi lo gagal dan trus waktu lo ada kesempatan lo mau nabrak gue pakek motor lo itu tapi karena gue tau gue menghindar dari motor  lo tapi malah mobil sialan itu yang nabrak gue. Jadi semua ini udah jadi rencana kalian habat ya hebat.”
Dinda                    : “Bukan gitu maksud aku Gab.”
Gabriel                 : “Stop gue enggak butuh penjelasan apapun karena semuanya udah jelas.”(pergi meninggalkan Dinda)
Dinda                    : “Tunggu biar aku anter pulang.” (mengejar Gabriel dan menghentikannya dengan memegangtangtan Gabriel)
Gabriel                 : “Jangan sentuh gue.” (berteriak sambil melepaskan tangannya dari Dinda, namun Gabriel malah terjatuh)
Dinda                    : “Gabriel, biar aku bantu.”
Gabriel                 : “Stop lo budek apa udah gue bilang gue bisa sendiri dan jangan pernah sentuh gue pakek tangan kotor lo itu.” (bangkit berdiri dan meninggalkan Dinda sendirian)
-dikamar Dinda-
Dinda kali ini tidak bisa berbuat apa-apa yang bisa lakukan saat ini hanya menangis dan menangis. Tiba-tiba handphonenya berdering dan Dinda terkejut melihat kak Ryanlah yang melefonya.
Dinda                    : “Halo kak ada apa?”
Kak Ryan              : “Gabriel lagi sama kamu sekarang.”
Dinda                    : “Jadi Gabriel belum pulang kak hujan-hujan begini.”
Kak Ryan              : “Berarti Gabriel engak lagi sama kamu sekarang dimana dia sekarang. Sebenernya apa yang udah terjadi sama kalian?”
Dinda yang sangat kawatir deng keadaan Gabriel saat ini langsung membanting Hpnya tanpa menjawab pertanyaan Kak Ryan.
Kak Ryan              : “Halo Dinda halo. Ada apa sih sama mereka ini.”(mematikan telefonnya)
Setelah membantanting handphonenya Dinda segera berlari keluar rumah untuk mencari Gabriel. Dinyalakan motornya dan segera meluncur kelestoran tempat ia bertemu dengan Gbriel tadi. Sesampainya disana Dinda lalu menyusuri tempat itu. Malah ini hujan begitu deras namun Dinda tidak memikirkan hal itu yang ia pikirkan hanya Gabriel saja. Hingga tiba-tiba Dinda teringat Gilang dan segera menuju rumah Gilang yang juga tidak jauh dari tempat itu. Dipencetnya bell yang berada dirumah Gilang tidak lama kemudian Gilang keluar dengan menggunakan payung membukakan pintu gerbang.
Gilang                   : “Dinda kamu ngapain hujan-hujan begini kerumahku?”
Dinda                    : “Gimana ini Lang(menangis)gimana ini.”
Gilang                   : “Kita masuk dulu disini hujan.”
Dinda                    : “Enggak kita harus cari Gabriel dimana aku khawatir sama dia Gilang.”
Gilang                   : “Maksud kamu itu apa aku enggak ngerti ?”
Dinda                    : “Gabriel udah tau semuanya kalau aku yang nyebapin dia jadi kayak sekarang ini tapi dia ngira kalau kita ini sekongkol buat nyelakaain dia.”
Gilang                   : “Dasar anak licik itu bisanya bikin susah aja.”
Dinda                    : “Aku harus gimana lagi Gilang?”
Gilang                   : “Sebentar aku naruh payung dulu aku kayaknya Gabriel lagi ada dimana.”
Ditaruhnya payung itu diteras rumah dan Gilang segera menghampiri Dinda dan pergi ketempat yang biasa Gabriel datangi setiap kali dia stres. Perjalanan menuju tempat itu memang membutuhkan waktu yang lumayan lama karena tempatnya yang berada diatas bukit.
Gilang                   : “Udah sampe ayo kita turun.”
Dinda                    : “Kalo dia enggak disini gimana.” (turun  dari motor)
Gilang                   : “Pasti ada disini soalnya kita dulu sering kesini.”
Dinda segera berlari mencarinya sambil berteriak sesekali memanggil nama Gabriel. Dan tiba-tiba Gilang meliaht Dinda akan jatuh dan segera berlari mendekat dan segera menongnya dan ternyata Gilang berhasil menolongnya supaya tidak jatuh namun Gilanglah yang terpeleset dan kesakitan.
Gilang                   : “Aw, kamu enggak apa Dinda.”
Dinda                    : “Aku enggak apa-apa kok.”
Gilang                   : “Kalau gitu ayo kita cari Gabriel lagi.”
Dinda                    : “baiklah(berdiri) kamu kenapa?”
Gilang                   : “Aku enggak apa-apa kamu duluan aja gabriel ada di gasebo sebelah sana.”(menunjuk dengan keadaan masih duduk ditanah)
Dinda yang sudah mengetahui dimana Gabriel berada dan segera menghampirinya. Perjuangan Dinda kali ini memang tidak sia-sia akhirnya orang yang dari tadi mereka cari ditemukan juga.
Dinda                    : “Gabriel kamu ngapain disini?”
Gabriel                 : “Jadi kalian nyusul gue sampe kesini mau bunuh gue sekarang silahkan mungpung enggak ada yang liat.”
Dinda                    : “Kamu ngomong apa sih kita itu enggak pernah yang namanya sekongkol.”
Gilang                   : “Jadi lo mikir kalau gue itu sekongkol sama Dinda buat bales dendam gitu sama lo tapi maaf ya gue bukan tipe orang yang pendendam dan bukan tipe yang bakalan nyelakaain orang buat dapetin apa yang gue pengen. Gue enggak kayak lo Gab yang ambisius tapi bakalan nyingkirn orang yang menghalanginya. (berjalan setengah pincang kearah Gabriel dan Dinda)
Gabriel                 : “Diem lo gue enggak butuh ceramah lo.”
Gilang                   : “Dinda, telfon Kak Ryan sekarang!”
Dinda                    : “Aku enggak bawa hp.”
Gilang                   : “Ni pakek hp gue(memberi hpnya ke Dinda).”
Dindapun segera menghubungi kak Ryan dan memberi tahunya sekarang mereka sedng berada dimana.
Gabriel                 : “Gue enggak mau pulang siapa yang nyuruh lo telefon Kak Ryan.”
Gilang                   : “Terserah lo mau ngomong apa gue enggak pedulu.”
Dinda                    : “Ok sekarang aku mau jujur sama kamu Gab tapi sebelumnya aku maaf karena udah buat kamu jadi seperti ini tapi aku enggak bermaksud buat bikin kamu celaka niatnya aku Cuma mau ngerjain kamu karena kamu waktu itu udah buat aku kesel dan karena sifat sombong kamu itu. dan satu hal lagi ini enggak ada hubungnya sama Gilang sama sekali jadi jangan pernah menyalahkan Gilang karena aku tau Gilang itu enggak akan ngelakuiin hal serendah ini karena Cuma ingin bales dendam.”
Gilang yang mendengar ucapan Dinda tadi hanya bisa melihat Dinda dengan pandang bingung kenapa wanita ini membelaku.
Gabriel                 : “Jadi semua perhatian yang lo kasih buat gue itu cuma karena lo ngerasa bersalah aja iya.”
Dinda                    : “Itu em.”
Gabriel                 : “Cukup gue udah tau jawabannya.”
Dinda                    : “Apa jawabannya?”
Gabriel                 : “Karena lo kasian dan ngerasa bersalah sama gue.”
Dinda                    : “Salah bukan karena itu tapi karena aku suka sama kamu.”
Gabriel terdiam mendengar pernyataan Dinda itu. gilang yang merasa tugasnya sudah selesi tiba-tiba pergi meninggalkan mereka berdua dan pergi entah kemana.
Gabriel                 : “Lo suka sama gue.”
Dinda                    : “Iya aku suka sama kamu.”
Gabriel kemudian memeluk Dinda dengan sangat erat siperti tidak mau kehilangan wanita itu. kemudian mereka duduk di gasebo itu dan berbincang-bincang sambil meningmati hujan.
Dinda                    : “Gilang kemana ya?”
Gabriel                 : “Mungkin udah pulang duluan naik motor kamu.”
Dinda                    : “Iya tapi hpnya masih aku bawa.”
Gabriel                 : “bisa dikembaliin besok kan.”
Mereka sangat menikmati suasana malam hari ini dengan hujan yang masih mengguyur tempat itu. kemudian kak Ryan datang menggunakan mobil untuk menjemput mereka berdua.
Kak Ryan              : “Gab kamu dimana?”
Gabriel                 : “Aku disini kak.”
Kak Ryan              : “Kamu kemana aja bikin semua orang khawatir tau enggak.”
Gabriel                 : “Maaf kak udah buat kakak khawatir enggak lagi deh lain kali.”
Mereka segera pergi dari tempat itu dan menuju rumah Dinda untuk mengantar Dinda pulang terlebih dahulu. Malam itu jalanan sudah lumayan sepi jadi kak Ryan dapat memacu mobilnya sedikit lebih kencang dari biasanya.
Dinda                    : “Makasih ya kak udah nganterin aku.”
Kak Ryan              : “Iya sama-sama maaf juga karena udah ngerepotin kamu.”
Dinda                    : “Enggak kok kak enggak ngerepotin. Aku masuk dulu ya hati-hati dijalan.(keluar dari mobil)
Dinda segera masuk kedalam rumah dan ia begitu kaget melihat motornya sudah terparkir dirumahnya seperti biasa.
Dinda                    : “mamah.” (teriak Dinda)
Mamah                                : “Iya ada apa Dinda sebentar.”
Dinda                    : “Mamah cepetan kesini mah.”
Mamah                                : “Ada apa sih Dinda kenapa kamu basah kuyub kayak gitu?”
Dinda                    : “Enggak penting kalau itu mah. Itu kenapa motor Dinda udah ada disini?”
Mamah                                : “Itu tadi ada yang nganter cowok namanya Gilang kalau enggak salah orangnya baik banget ramah lagi baru aja pergi.”
Dinda                    : “Baru aja mah naik apa?”
Mamah                                : “Tadi sih jalan kearah sana.”(menunjuk jalan didepan)
Dinda segera berlari untuk mencari Gilang dan mengucapkan terima kasih dan mengembalikan handphone miliknya yang masih dibawa Dinda.
Mamah                                : “Dinda kamu mau kemana lagi Dinda.” (teriak mamah)
Dicarinya diseluruh tempat itu dengan seksama namun Dinda tidak menemukan Gilang disekitar situ. Karena sudah putus asa Dinda segera pulang kerumah untuk membersihkan dirinya dan istirahat.
Mamah                                : “Gimana ketemu enggak orangnya.”
Dinda                    : “Enggak mah.”
Mamah                                : “Mungkin udah naik taksi.”
Dinda                    : “Mungkin mah, kalau gitu Dinda masuk dulu ya capek.”
Dinda segera membersihkan tubuhnya dan berganti baju. Setelah selesai ia kemudian duduk didepan jendela sambil melihat hujan yang belum berhenti juga sampai saat ini.
Dinda                    : “Gilang kamun kemana sih kenapa pergi gitu aja kan aku jadi khawatir.”
Tiba-tiba terdengar suara handphone berbunyi tanda ada telefon. Dicarinya handphonenya kemudian ia liat tidak ada yang telfon dan dicarinya lagi hp siapa yang berbunyi ternyata itu adalah handphone Gilang yang masih dibawa Dinda.
Dinda                    : “Haalo.”
Gilang                   : “Halo Dinda ini Gilang.”
Dinda                    : “Gilang kenapa kamu pergi enggak bilang-bilang sih bikin khawatir tau enggak.”
Gilang                   : “Udah enggak usah khawatir aku baik-baik aja kok. Aku titip hp dulu ya dan jangan sibuka-buka isinya awas kalau kamu buka.”
Dinda                    : “iya ‘hajing’ enggak akan aku buka kok tenang aja.”
Gilang                   : “Dinda kamu enggak apa-apa buruan istirahat nanti malah sakit kamunya.”
Dinda                    : “iya aku istirahat dulu ya sampai ketemu besok.”
Gilang                   : “Ok bye.”
Dinda segera menutup telefonnya dan memandang handphone milik Gilang karena penasaran ada apa sih didalam hp ini. Dibukanya handphonr itu dan dilihatnya isinya betapa kagetnya Dinda melihat isi dari galeri foto hp itu banyak sekali foto dirinya.
Dinda                    : “Gilang kamu bener-bener suka sama aku.” 
Setelah puas dengan melihat isi galeri foto Dinda segera mematikan ponsel itu dan beristirahat.
-keesokan paginya-
Pagi ini Gabriel datang lebih awal dari biasanya dan tidak lama setelah itu Dinda datang dengan menenteng tasnya didampingi oleh Aura sahabaatnya.
Gabriel                 : “Pagi semua.”
Aura                      : “pagi juga tunggu deh kalian ada apa ya kok aneg gitu.”
Dinda                    : “Kita udah kadian.”(berbisik)
Aura                      : “Apa jadian.”(meninggikan suaranya)
Dinda                    : “Aura kamu mau bikin semua orang tau.”
Aura                      : “Maaf aku kaget Dinda hehehehe yaudah kalo gitu aku masuk kelas duluan ya.”
Dinda                    : “bye.”
Gabriel                 : “Aku mau ngasih tau kamu sesuatu.”
Dinda                    : “Apa itu?”
Gabriel                 : “Jangan disini kita ke lapangan basket aja.”
Dinda                    : “Kamu bikin penasaran tau enggak.”
Mereka lalu berjalan menuju lapangan basket yang terlihat sepi pagi ini.
Gabriel                 : “Udah sampai sekarang kamu liat baik-baik ya.”
Dinda                    : “Kamu mau ngapain?”
Gabriel                 : “Udah liat aja.”(Gabriel menjatuhkan tongkatnya dan berdiri dengan kakinya dan kemudian berjalan menuju Dinda)
Dinda                    : “Gabriel kamu udah bisa jalan lagi.”
Gabriel                 : “(Masih berjalan sambil berkata) Iya aku udah bisa jalan tapi belum sepenuhnya sembuh karena aku masih harus sering kontrol kerumas sakit.”
Dinda yang sangat bahagia melihat itu segera berjalan juga mendekati Gabriel dan memeluknya erat-erat seperti  orang yang tidak mau kehilangan.
Dinda                    : “Gab maaf sebelumnya udah buat kamu kayak gini aku enggak bermaksud buat kamu kayak gini.” (menangis)
Gabriel                 : “Suut, (melepas pelukannya) ini bukan salah kamu ini salah mobil itu dan ini juga karma buat aku.”
Dinda                    : (jongkok dan menangis tersedu-sedu)
Gabriel                 : “Udah jangan nagis dong (mengusap air matanya) sekarang kita balik aja kekelas udah mau masuk soalnya (diberdirikannya Dinda dan digandengnya sampai kelas)
Semua murid kaget melihat Gabriel yang sekarang sudah tidak memakai tingkat lagi intuk membatu berjalan. Sekarang ia sudah sembuh dan dapat berjalan sendiri tanpa bantuan dari alat ataau orang lain.
Aura                      : “Gabriel lo udah bisa jalan.”
Gabriel                 : “Liat aja sendiri.”
Aura                      : “syukurlah kalau begitu.”
Dinda                    : “Ayo buruan duduk  udah jamnya masuk ni.”
Mereka segera duduk ditempat masing-masing dan menunggu guru yang  mengajar datang. Tidak lama setelah bel berbunyi guru yang mengajar dikelas Dinda datang juga.
Guru                      : “Selamat pagi semuanya.”
All                           : “Selamat pagi bu.”
Guru                      : “Ada yang tidak masuk hari ini.”
Aura                      : “(mengacunhkan tangan) Gilang bu belum dateng.”
Guru                      : “Orang tua Gilang tadi udah kesini kalau Gilang lagi sakit dan tidak bisa masuk sekolah hari ini.”
Dinda yang mendengar hal itu segera melihat kearah bangku Gilang dan mulai khawatir dengan keadaannya. Gabriel yang melihat hal itu hanya bisa menenangkan ceweknya itu bahwa Gilang tidak apa-apa.
Gilang                   : “Tenang aja aku tau kok Gilang itu orangnya kuat jadi enggak bakalan sakit lama dianya mungkin besok dia udah masuk.”
Dinda                    : “Semoga saja (tersenyum kearah Gabriel) padahal aku udah janji mau nemenin dia rekaman hari ini.”
Gabriel                 : “Rekaman dia mau rekaman syukurlah kalau begitu akhirnya mimpinya bisa terwujud juga.”
Dinda                    : “Mimpinya?”
Gabriel                 : “Iya mimpinya dulu waktu kita masih trening dia selalu ingin rekaman dan debut sebagai penyanyi yang berbakat.”
Dinda                    : “Memangnya dari kapan kaalian mulai ketemu.”
-flash back-
Gilang dan Gabriel pada saat usianya 8 tahun bertemun dalam sebuah agensi yang mencari bakat baru. Mereka berdua adalah 2 orang yang memiliki bakat yang luar biasa untuk anak seusia  mereka saat itu. mereka menjalani pelatihan selama 6 tahun lamanya untuk memantapkan lagi bakatnya. Mereka selalu latihan bersama dan membagi suka duka kami bersama. Hingga pada saatn ya yang kami tunggu-tunggu tapi karena keserakahan Gabriel dia berani menyelakai Gilang dengan menjatuhkannya daari tangga.
Dinda                    : “Berarti kalian udah berteman lama ya.”
Sebelum Gabriel menjawab pertnyaan itu tiba-tiba guru yang berada didepan menegurnya.
Guru                      : “Gabriel Dinda kalian sedang apa kalian enggak memperhatikan ibu yang jelasin.”
Gabriel                 : “Maaf bu, silahkan dilanjutkan lagi.”
Mereka segera memperhatikan guru itu. Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat jam istirahat sudah dimulai seperti biasa semua siswa segera keluar untuk beristirahat. Entah kenapa hari ini nsemangat Dinda tidak seperti biasanya karena tidak adanya Gilang disini. hingga saatnya pulangpun Dinda masih sama seperti pagi tadi merenung dan diam. Gabriel yang melihat tingkah aneh Dinda hanya bisa diam tidak berani menegurnya.
keesokan harinya Dinda berangkat sekolah dengan semangatnya untuk segera bertemu Gilang hari ini. Dinda datang pagi sekali dan menunggu Gilang didepan gerbang hingga tidak mempedulikan siapa saja yang datang dang memanggilnya termasuk Gabreil dan Aura.
Aura                      : “Kenapa dih sama Dinda 2 hari ini.”
Gabriel                 : “Gue jugaa enggak tau mendingan kita biarin dulu aja ayo masuk kekelas.”(menggandeng Aura)
Aura yang kaget dengan perlakuan Gabriel hari ini hanyaa bisa diam tidak memberontak sama sekali.
Aura                      : “Ada apa ini kenapa jantung aku mendadak degdegkaan kayak gini.” (katanya dalam hati)
Setelah mereka masuk kedalam kelas tidak lama kemudian Dinda juga masuk dengan merundukan kepalanya dan duduk di samping Gabriel. Jam sekolah sudah selesai Dinda yang masih tidak mau diajak bicara segera meninggalkan kelas itu tanpa berpamitan dengan siapapun. Gabriel dan Aura yang mulai khwatir dan segera menyusul untuk mengetahui sebenarnya apa yang terjadi.
Aura                      : “Dinda tunggu kita perlu bicara sebentar.”
Dinda                    : “(berhenti dan membalikan bandannya)
Gabriel                 : “Kamu sebenarnya kenapa?”
Dinda                    : “Aku juga enggak tau aku kenapa. Maaf Gab aku enggak bisa pacaran lagi sama kamu.”
Gabriel                 : “Aku tau kok kalau kamu emang enggak ada rasa apa-apa sama aku dan aku  juga tau kalau kamu sebenarnya sukakan sama Gilang .”
Dinda                    : “Maaf sekali lagi.”
Gabriel                 : “Enggak apa-apa selagi kamu bahagia aku selalu dukung kamu.”
Aura                      : “Nah dari pada kamu kayak gini teru gimana kalau kita kerumah Gilang aja but liat sebenarnya ada aap sam Gilang.”
Mereka segera meluncur kerumah Gilang dengan menggunakaan mobil Gabriel. Tidak lama untuk sampai kerumah Gilang sesampainya disana mereka segera mengetok pintu rumah itu. terdengar ada seorang yang sedang berjalan mendekat kepintu itu untuk membukakan pintu dan ternyat itu adalah pembantunya Gilang.
Aura                      : “Permisi kita maau ketemu sama Gilang apakah Gilangnya ada.”
Pembantu           : “Mas Gilangnya lagi enggak ada dirumah.”                                                                        
Dinda                    : “Trus Gilangnya dimana?”
Pembantu           : “Mas Gilangnya lagi dirawat dirumah sakit.”
Gabriel                 : “Dirumah sakit, rumah sakit mana bi?”
Pembantu           : “Bibi enggak tau namanya tapi tempatnya enggak jauh dari sini kok.”
Gabriel                 : “Aku tau itu dimana ayo kita kesana.”
Dinda                    : “Kalau begitu kami permisi dulu ya bi.”
Pembantu           : “Iya hati-hati.”
Setelah mendengar bahwa Gilang berada dirumah sakit mereka segera bergegas kerumah sakit itu untuk bertemu Gilang. Dipajunya mobil itu dengan kecepatan yang lumayan cepat. Jalanan hari ini tidak begitu padat seperti biasanya. Setelah bergelut dengan kendaraan lainnya dijalanan akhirnya mereka sampai juga dirumah sakit dimana Gilang dirawat. Dinda yang tidak sabar langsung saja turun dan berlari kedalam rumah sakit.
Dinda                    : “Maaf sus saya mau tanya pasien atas nama Gilang Wibowo Putra dirawat dimana ya.”
Suster                   : “Oh pasien yang baru operasi itu ya?”
Dinda                    : “Operasi.”(melihat keraah Aura dan Gabriel)
Gabriel                 : “Iya mungkin.”
Suster                   : “Dirawat kamar mawar nomer 6.”
Aura                      : “Bangsal Mawar sebelah mana sus?”
Suster                   : “Sebelah sana.”(menunjukkan arah)
Gabriel                 : “Terima kasih sus.”
Suster                   : “Sama-sama.”
Dinda segera berlari mencari kamar yang dimaksud oleh suster tadi. Sesampainya disana mereka berhenti didepan pintu karena Gilang sekarang sedang diperiksa oleh dokter.
Mamah Gilang   : “Bagaimana dok keadan kaki anak saya sekarang.”
Dokter                  : “Masih sama seperti sebelum operasi maaf karena saya tidak bisa membuat anak anda sembuh total.”
Papah Gilang      : “jadi anak saya tidak akan bisa jalan lagi dok.”
Dokter                  : “Maaf biar lebih jelasnya mari keruangan saya biar saya jelaskan.”
Mamah dan papah Gilang segera berjalan mengikuti dokter itu dari belakang.
Mamah Gilang   : “Gabriel kamu udah sembuh.”
Gabriel                 : “Udah tante, Gilangnya udah bangun?”
Mamah Gilang   : “Masuk aja dia baru aja tidur tadi.”
Gabriel                 : “Iya tante.”
Gabriel, Dinda, Dan Aura segera masuk kedalam kamar itu untuk melihat keadaan Gilang. Dinda yang melihat Gilang tidak berdaya diatas kasur hanya bisa menangis sambil menutup mulutnya agar Gilang tidak terganggu.
Gilang                   : “Kalian dateng juga kesini.”
Gabriel                 : “Lang apa ini gara-gara kejadian waktu itu.”
Gilang                   : “Udah jangan dibahas lagi masa lalu biarlah berlalu.”
Dinda                    : “Kamu enggak tidur dari tadi jadi kamu denger semua apa kata dokter tadi.”
Gilang                   : “Aku emang udah tau kok kalau kaki aku bakalaan lumpuh sebelah.”
Gabriel                 : “Maaf sekali lagi Lang gue enggak maksud buat bikin lo kayak sekarang ini.”
Mereka semua menangis dan bingung harus berbuat apa melihat sahabatnya sekarang tidak berdaya.
Gilang                   : “Oh iya karena kalian udah dateng kesini sekalian aku mau pamit kalau aku besok mau berangkat ke Jerman berobat disana.”
Dinda                    : “jadi kamu mau pergi gitu aja ninggalain kita disini.” (menangis)
Gilang                   : “Cuma sebentar Dinda udah dong kamu jangan nangis gitu jelek tau enggak kamu kalau nangis, aneh biasanya cewek nangis itu kelihatannya cantik tapi kalau kamu nangis jadinya kok jelek ya.”
Dinda                    : “Gilang, tolong jawab pertanyaan aku ini dengan jujur ya.”
Gilang                   : “apa?”
Dinda                    : “Kaki kamu bisa sakit lagi kayak gini apa gara-gara kamu nolongin aku kemarin.”
Gilang                   : “Enggak kok emang kaki aku itu udah sakit sebelumnya.”
Dinda                    : “Jangan bohong Gilang.”
Gilang                   : “Kamu enggak perlu merasa bersalah itu memang bukan salah kamu aku nolong kamu itu memang kemauan aku sendiri jadi apaapun resikonya aku harus tanggung sendiri.”
Dinda                    : “Segitu sukakah kamu sama aku sampai rela bikin kaki kamu lumpuh kayak gini Cuma gara-gara buat nolong aku.” (berteriak sambil menangis)
Dinda yang sangat kacau hari ini tiba-tiba pergi meninggalkan kamar itu.
Aura                      : “Dinda kamu mau kemana.”
Gilang                   : “Biarin aja dia sendiri dulu oh iy gue punya permintaan buat kalian tolong jaga Dinda sampai gue pulang kalian mau kan.”
Aura                      : “Dengan senang hati tanpa kamu suruhpun aku juga kan bikin Dinda bahagia.”
Gilang                   : “Terima kasih Aura.”
Gabriel                 : “Untuk menebus semua kesalahan yang pernah gue buat sama lo gue juga mau jaga Dinda buat lo dan ngelepas Dinda.”
Gilang                   : “Thanks gue ngerasa sekarang gue punya temen sekarang selain Aldi aw.”(tiba-tiba Gilang merasakan rasa sakit dibagian kakinya)
Gabriel yang melihat hal itu segera memaanggil dokter yang memeriksa Gilang tadi. Diperiksanya Gilang dan deberikan sebuah suntikan supaya dia lebih tenang dang tertidur pulas. Keesokan harinya Dinda masih saja diam seribu bahasa ia sangat kacau saat ini. Karena Aura yang tidak tahan melihat sahabatnya itu ia menarik Dinda dengan paksa diikuti Gabriel dibelakangnya.
Aura                      : “dari pada kamu kayak gini terus mendingan kita kebandara sekarang kita anter Gilang.”
Dinda                    : “Enggak aku enggak pantes ketemu sama Gilang.”
Gabriel                 : “Kenapa enggak pantes karena kamu ngerasa bersalah iya, akuoun juga begitu Dinda aku juga sangat merasa bersalaah tetapi setidaknya aku berani memaafkan diriku sendiri dan memberi suport buat Gilang suapaya dia bisa berjuang buat bisa sembuh.”
Aura                      : “Gabriel bener, kamu harus bisa maafin diri kamu sendiri tolong jangan egois Dinda kamu mau kan Gilang sembuh kayak biasanya jadi tolong jangan siksa diri kamu sendiri dan juga pikirin Gilang yang lagi berjuang sembuh biar bisa ketemu sama kamu lagi dalam keadaan sembuh total.”
Dinda yang mendengar nasehat dari sahabatnya itu hanyaa bis menangis sambir jongkok dihadapan Aura dan Gabriel.
Dinda                    : “1 tahun sudah aku lewati tanpa kamu Gilang kami bertiga sekarang berteman dengan sangat baik bahkan sekarang Aura dan Gabriel sudah menjadi sepasang kekasih yang sangat romantis dan membuatku iri. Dan Gabriel juga sudah mulai bernyanyi lagi seperti biasanya. Aku sekarang kuliah disalah satu Universitas terkenal di kota ini Gabriel dan Aura juga memutuskan untuk kuliah ditempat yang sama denganku. Aku memutuskan untuk mengambil jurusan kedokteran kanapa aku mengambil kedokteran itupun karena kamu Gilang karena aku tidak bisa melihat orang yang sangat aku cintai kesakitan jadi karena itulah aku masuk jurusan kedokteran.
Aura                      : “Dorn lagi ngapain kamu Din nulis lagi.”
Dinda                    : “Cuma ini yang bisa aku lakuin kalau aku kangen sama gilang.”
Aura                      : “Kenapa enggak kamu telfon aja.”
Dinda                    : “gimana mau telefon handphonenya aja masih aku bawa sampai sekarang.”
Aura                      : “Oh iya ya aku lupa.”
Dinda                    : “Ngomong-ngomong Gabriel dimana.”
Aura                      : “Dia lagi ada Live di tv tau sendiri kan dia artis terkenal gitu.”
Dinda                    : “Iya aku tau kalau dia artis.”
Auar                      : “hahahahaha, nanti kamu ada acara enggak.”
Dinda                    : “Enggak emang ada apa?”
Aura                      : “Enggak usah banyak tanya dateng aja di cafe biasa ok jam 7 jangan telat awas kalau kamu telat.”  
Matahari mulai tenggelam tanda malam sudah dimulai Dinda segera bersiap-siap untuk datang memenuhi undangan dari Aura. Dinda datang kecafe itu menggunakan sebuah taxi yang ia panggil melalui telefon. Malam itu cuaca begitu bagus bintang bertaburan dilangit dan lampu yang menghiasi jalanan terlihat sangat indah malam ini. Tidak lama kemudian Dinda akhirnya sampai juga di cafe yang dimaksud oleh Aura. Sesampainya disana Dinda segera menghubungi Aura untuk bertanya apakh ia dan Gabriel sudah datang.
Dinda                    : “Halo Aura kamu udah ada didalem atu masih belum dateng.”
Aura                      : “Aku masih nunggu Gabriel Dinda mendingan kamu masuk duluan aja aku udah pesen tempat tanya aja sama mb mbnya.”
Dinda                    : “Yaudah kalau gitu aku masuk dulu.”
Aura                      : “Ok sampai ketemu nanti.”
Setelah menutup telefonnya dan memasukan kedalam tas Dinda segera masuk kedalam dan bertanya tempat yang udah dipesan oleh Aura.
Dinda                    : “Permisi kak saya mau tanya tempat duduk atas nama Aura sebelh mana ya?”
Pelayan                                : “mari saya antar kak.”
Dinda                    : “Iya.”(mengikuti pelayan)
Pelayan                                : “Sebelah sini kak.”
Dinda                    : “Terima kasih kak.”
Pelayan                                : “Iya sama-sama.”
Dinda kemudian duduk dan melihat-lihat pemandangan yang disuguhkan oleh cafe itu. tiba-tiba perasaan dinda sedikit tidak enak dan merasa ada seseorang yang duduk didepannya sedang mengawasinya. Dilihatnya dan betapa kagetnya kalau pria yang sekarang duduk di hadapannya itu adalah Gilang orang yang selama ini ia tunggu kehadirannya.
Dinda                    : “Gi-Gilang.”
Gilang                   : “Halo Dinda gimana kabaar kamu.”
Dinda                    : “Itu beneran kamu kan aku enggak lagi mimpikan.” (menghampiri Gilang dan menyentuh pipinya.”
Gilang                   : “(berdiri dan memegang tangan Dinda) kamu enggak mimpi kok ini beneran aku.”
Dinda                    : “Kamu udah bisa jalan.” (memeluk Gilang dengan menangis)
Gilang                   : “Iya aku udah sembuh aku udah bisa ngelakuin apapun sekarang.” (membalas pelukan Dinda)
Gabriel                 : “Cie yang baru aja ketemu romantis banget sih pakek acara pelukan segala.”
Aura                      : “Iya ni romatis banget.”
Dinda                    : “Dan akhirnya orang yang selama ini tidak pernah aku duga-duga untuk menjadi pemeran utama dalam hidupku tetapi dialah yang malah menjadi pemeran utama tanpa aku duga. Cinta itu memang membingungkan tapi cinta tidak akan pernah membingungkan kalau kamu bisa mengerti apa arti cinta itu sebenarnya, jadi buat kalain yang merasa bingung karena harus memilih 2 orang yang sangat kamu cintai biarkan hati kamu yang memilih mana yang memang benar-benar kamu cintai terlebih lagi hargailah orang yang benar-benar tulus mencintai kamu jangan sia-siakan itu.”(berbicara dalam hati)

0 komentar:

Posting Komentar